Ada beberapa versi tentang asal usul masyarakat Islam Wetu Telu di Pulau Lombok Indonesia
Keberadaan Wetu Telu sebagai varian Islam di Lombok sudah ada sejak lama. Hanya saja tidak ada suatu keterangan pasti yang menunjukkan asal-usul Islam Wetu Telu. Juga tiada seorang pun yang dapat mendeskripsikan atau yang memberikaan penjelasan secara persis kapan dan dimana istilah tersebut mulai dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dikalangan masyarakat Islam pulau Lombok. Dalam hal ini setidaknya ada empat versi yang menyatakan tentang asal usul Wetu Telu.
Pertama, Proses Islamisasi pertama kalinya di pulau Lombok, dilakukan oleh Sunan Prapen (Putra Susuhan Ratu Giri) dari Jawa pada abad ke-XVI. Sunan Prapen menyebarkan ajaran sufistik Islam kepada orang Sasak asli di pulau Lombok, yang saat itu mempraktekkan campuran animesme, Hindu dan Budha.Dari Lombok, pangeran Prapen melanjutkan perjalanan untuk menyebarkan misinya ke Sumbawa dan Bima. Tetapi, ketka pangeran Prapen meninggalkan Lombok, para wanita Sasak kembali menganut peganisme dan kemudian juga diikuti oleh kaum prianya.
Kedua, versi yang menyatakan bahwa watak Islam yang dibawa oleh penyebar agama Islam dari Jawa memang sudah mengandung unsur mistik dan sinkretis . Kondisi ini berlangsung secara turun temurun dan mengkristal menjadi adat istiadat yang mapan. Hal ini menyebabkan para penganut Wetu Telu tidak berkeinginan untuk merubahnya, sekalipun alasan untuk mempertahankannya, juga sulit mereka temukan secara rasional.
ketiga, versi yang menyatakan bahwa timbul Wetu Telu yang berwatak sinkretis disebabkan oleh singkatnya waktu para penyebar agama dari Jawa melakukan dakwah dan tingginya tingkat toleransi mereka terhadap paham animisme antomorfisme masyarakat sasak.
Keempat, versi yang menyatakan bahwwa asal usul Wetu Telu adalah dua putra pangeran Sanupati, salah seorang penyebar agama Islam di Lombok. Dalam sebuah babad yang tertulis di daun lontar bahwa tokoh ini mempunyai dua orang putra Nurcahya dan Nursada. Nurcahya. Nurcahya digambarkan sebagai pendiri Islam waktu lima, dan Nursada sebagai pendiri Wetu Telu, yang pertama digambarkan sebagai muslim ortodox dan puritan, sementara yang terakhir sebagai muslim yang tradisional dan sinketis. .
Kelima, versi yang mengatakan bahwa Wetu Telu lahir sebagai konsekwensi dan strategi dakwah yang diterapkan oleh para penyerebar agama Islam, setelah melihat sulitnya medan dakwah Islamiyah dengan adanya penolakan-penolakan dan tingginya fanatisme masyarakat Sasak terhadap pengaruh Hinduisme dan Budhisme.
Keenam, Wetu Telusebagai akulturasi dari ajaran Islam dan sisa kepercayaan lama yakni animisme, dinamisme, dan kerpercayaan Hindu.
Ketujuh, disampaikan dugaan bahwa praktek Wetu Telu bertahan karena para wali yang menyebarkan Islam pertama kali tersebut, tidak sempat menyelesaikan ajarannya, sehingga masyarakat waktu itu terjebak pada masa peralihan. Para murid yang ditinggalkan tidak memiliki keberanian untuk mengubah praktek pada masa peralihan tersebut ke arah praktek Islam yang lengkap. Hal itulah salah satu penyebab mereka dikatakan Wetu Telu.
Itulah beberapa versi tentang asal usul islam wetu telu yang hampir tidak ada suatu keterangan pasti yang menunjukkan asal usul varian tersebut. Meskipun terdapat beberapa versi namun masih sulit untuk menguji keabsahan masing-masing versi tersebut.